Telah berulang kali Udin
mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di kotanya
selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu.
Keadaan ini selalu berulang sehingga Udin menyimpulkan bahwa si hakim minta
disogok. Tapi --kita tahu-- menyogok itu diharamkan. Maka Udin memutuskan untuk
melemparkan keputusan ke si hakim
sendiri.
Udin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu
diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Udin
mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke
hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya
waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Udin.
Udin kemudian bertanya, "Tuan, apakah
pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan
?"
Hakim tersenyum lebar. "Ah, kau jangan
terlalu dalam memikirkannya." Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya.
"Wah, enak benar mentega ini!"
"Yah," jawab Udin, "Sesuai ucapan
Tuan sendiri, jangan terlalu dalam." Dan berlalulah Udin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment